Bengkalis-Senin-01-11-2021.
Kelompok Study lingkungan dan masyarakat ( Keslimasy menggelar fokos group Discussion (FGD) membahas dampak hutan mangrove terhadap Ekologi, sosial ekonomi dan kearifan lokal masyarakat pesisir. FGD di laksanakan di lantai dua ruang rapat kantor BAPPEDA Bengkalis jumaat, ( 29/10/2021 ).
Ketua Keslimasy, Muhamad Iskandar mengatakan FGD merupakan bagian penting dari tahapan kajian sebelum Finalisasi naskah dengan meminta masukan dari beberapa pihak terkait isu Pengelolaan dan perlindungan mangrove di kecamatan Bantan. Sedangkan tenaga ahli yang juga penasehat umum Keslimasy Hendra saputra, menyampaikan hasil dokumen kajian ini akan di senergikan dengan data pencitraan udara, luasan mangrove dan kondisi Abrasi yang ada di Kecamatan Bantan agar dokumen ini bisa menjadi acuan pembangunan kawasan Persisir berkelanjutan khususnya di pulau Bengkalis, kecamatan Bantan "Ungkap Miwadi.
tenaga ahli yang juga aktif di mangrove Rcsereh Intitute MRI. Wakil kordinator jikalahari,Okto Yugo menyebut kajian yang di lakukan jikalahari bersama Keslimasy ini merupakan bentuk partisipasi retorasi gambut dan Rehabilitasi mangrove. Apalagi Bengkalis memiliki MOU dengan badan retolasi Gambut dan mangrove. " Selain Bengkalis, kajian terkait mangrove juga kita laksakan di Indra giri hilir bersama lembaga bangun desa payung negeri" ungkap Okto. Kajian ini mendapat dukungan dan harapan dari perwakilan perangkat daerah yang ikut dalam FGD. " Kami berharap kegiatan seperti ini dapat di laksanakan lagi terutama di lokasi yang secara prioritas perlu di lakukan penanganan secepatnya" kata Kabid Infrastruktur dan pengembangan wilayah BAPPEDA, Rahmah Wati putri. DLH mendukung kajian ini" kami sangat terbantu dengan adanya kajian yang telah di lakukan, untuk menghadapi data yang belum memiliki oleh Intansi kami; kata kasi kerusakan lingkungan bidang pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, Mira Apriani.
Kami berharap dengan kajian ini. Bisa memberikan dampak kesadaran bagi semua kalangan dalam pelestarian lingkungan, karena dari hasil yang di paparkan sejalan dengan pendampingan Eko wisata di kecamatan Bantan diantara desa selat baru, desa berancah, dan desa mentayan. Kami juga membentuk dan mendampingi kelompok sadar wisata pokdarwis" kata kepala UPT kecamatan Bantan,Candra kasuma. Selain perwakilan perangkat daerah,FGD ini juga di ikuti jikalahari, tenaga Ahli, Brimapala Sungkai Fakultas pertanian Universitas Riau dan mahasiswa pencipta Alam Laksamana Politeknik Bengkalis ( Rus).
Keslimasy Gelar FGD, Bahas Dampak Ekologi, Sosial Ekonomi Dan Kearifan Lokal Hutan Mangrove Terhadap Masyarakat Persisir.
4/
5
Oleh
Suara Kedaulatan News